SEJARAH PAROKI KRISTUS RAJA PAGAL
1. PENDAHULUAN
Pagal
adalah nama sebuah kampung yang terletak di wilayah kecamatan Cibal, 21 km dari
kota ruteng ke arah utara menuju Reo. Berada di antara kecamatan Wae Rii dan
kecamatan Reok; Pagal adalah ibu kota Kecamatan Cibal.
Kata
Pagal mempunyai arti khusus. Menurut tuturan para majelis Gereja Pagal dan
sejumlah tetua masyarakat pagal dan kampong sekitarnya (diwawancarai) mereka
menjelaskan arti kata Pagal
·
Kata Pagal berarti sebuah
upaya sadar, untuk menjinakkan kerbau liar, caranya kerbau liar yang sudah di
tangkap di masukkan ke dalam kandang yang kuat, lalu lehernya di masukkan ke
dalam palang kayu yang sudah disiapkan khusus untuk itu, Untuk beberapa saat
hingga (sampai) kerbau itu jinak, ada yang lain menjelaskan bahwa kota Pagal
sama dengan OKA SISIR yang di pasang pada leher kerbau yang sedang membawa
bajak sawah , artinya untuk menjinakkan kerbau liar, inilah arti atau makna
kata Pagal.
·
Selanjutnya arti dari
kata MISI Pagal
Kata ini berasal
dari penggalan kata MISIONARIS GEREJA KATOLIK, yang datangmelayani umat di
Cibal, dan Pagalmenjadi stasi singgahan untuk perayaan Ekaristi, Baptis orang
dan mengajar agama. Lama kelamaan nama misi menjadi popular sehingga kalau ada
kegiatan pastor yang dating di pagal umat bilang:”mari kita ke misi” maksudnya
ke pasoran. Kata ini mengingatkan umat sampai sekarang tentang misi gereja
katolik awalnya berpusat di pagal.
2. LAHIRNYA
UMAT KATOLIK AWAL
Lahirnya
umat katolik awal di pagal, bahkan cabal, tidak terlepas dari hasil karya
misionaris SVD saat itu.Menurut catatan dalam buku stambuk paroki pagal, buku
no. I- no urut baptis ke-9, disitu dicatat awal mulainya gereja katolik masuk
dan berkarya di pagal-cibal, ditandai dengan kehadiranseorang misionaris SVD
bernama pater Muller SVD pada
tanggal 29 mei 1915. Pater ini masuk di pagal dan membaptis seorang dari kampung
kuwu bernama HUWA dan setelah di baptis namanya menjadi MARKUS HUWA. Dengan
pembaptisan Markus Huwa ini dihitung sebagai awal masuknya gereja katolik di
Pagal-Cibal ini, sekaligus sebagai TONGGAK SEJARAH GEREJA KATOLIK di wilayah hamente Cibal.
Jika
di hitung dari 29 mei 1915 sampai dengan 29 mei 2015 usia gereja katolik di
pagal menjadi 100 tahun (satu abad). Selanjutnya pater-pater SVD secara
bergilir datang melayan umat di cabal dan berpusat di pagal. Dari tahun
1915-1956 sekitar 32 orang imam SVD yang
datang melayani umat di Cibal dan sejumlah berkarya di pagal, sebagai pastor
paroki pagal. Jumlah umat bertambah banyak dan peralihan tugas pelayanan dari
SVD ke OFM pada tanggal 8 April 1956 (dari SVD ke OFM).
3. HADIRNYA
SEBUAH PAROKI DI CIBAL
Dengan
berkembangnya jumlah umat di wilayah cabal maka tentu membutuhkan sebuah tempat
pelayanan yang tetap.Dan untuk itu, pihak keuskupan ruteng memilih paal sebagai
pusat sebuah stasi.Para imam SVD secara teratur dan terus meningkatkan
pelayanannya sehingga meningkat pla jumlah umat katolik di cabal dari tahun
1915 sampai tahun 1956.Dengan demikian setelah memenuhi syarat untuk
terbentuknya sebuah paroki tentunya itu ditetapkan pihak keuskupan
ruteng.Menurut sejarah gereja katolik mangarai, ada beberapa tempat di pilih
menjadi pusat pelayanan umat di manggarai.Di sebutkan ruteng sebagai pusat,
sudah itu pagal, rekas bagian barat dan lengko ajang bagian timur manggarai.
3.1.
PAGAL SEBAGAI SEBUAH
PAROKI DI CIBAL
Tentang hal ini
dituturkan para anggota majelis gereja pagal seperti bapak Andreas Nabit, Lukas
Dagos, Urbanus Tongo, Ferdinandus Nogur, Donatus Dok, Philipus Manti, dan
sejumlah tokoh masyarakat cibal di pagal antara lain bapak Ignasius Rombong,
Yohanes Mbembok (dalu cibal), Thomas Tehak (dalu cibal) dan guru agama sekitar
pagal, teruk, bealeba, peso, kuwu, menceritakan kepada penulis (Yos Kama)sbb:
“Mulanya hanya
satu paroki di cibal, yaitu pagal.Pagal merupakan pusat pelayanan, pelayanan
pastoral untuk seluruh wilayah hamente cibal atau sekarang di sebut kecamatan
cibal.Perayaan Natal dan Paskah semuanya datang di geraja pagal. Para
misionaris SVD yang datang dari Ruteng untuk melayani umat katolik di cibal dan
pagal menjadi pusat pelayanan sakramen.Dari pagal mereka patroli ke cibal
utara, timur, barat dan selatan cibal ini. Bahkan dari pagal, imam-imam SVD
patroli ke reo, ruis dan lamba leda. Karena pagal menjadi pusat paroki di
cibal, maka perayaan Natal dan Paskah umat dari seluruh cibal datang merayakan
di gereja pagal.
3.2.
TAHUN BERDIRINYA GEDUNG
GEREJA PAGAL
Para tetua yang
disebutkan di atas (ef. 3.1)menuturkan
pembangunan gedung gereja secara bertahap. Tahun 1937, tahun pengumpulan
material bangunan seperti; batu, pasir, dan bahan local lainnya. Partisipasi
umat cibal berupa; batu, pasir yang di ambil dari wae naong kali perbatasan
cibal dan lamba leda, dan dari wae kokak-hamente ndehas, dengan menggunakan
tenaga manusia dan tenaga hewan seperti kerbau dan kuda mengangkutnya ke pagal.
Umat dengan senang hati dan gembira melakukan hal itu.Mereka bangga berbuat
sesuatu untuk membangun rumah ibadahnya yaitu gereja.Mereka beramai-ramai
melaksanakan tugas itu dengan senang hati.
Selain umat
mengangkut pasir dari tempat yang jauh seperti dari wae naong, kali perbatasan
dengan lamba leda, juga dari wae kokak- hamente ndehes, ada kelompok khusus
umat bersama tukang batu memecahkan batu besar di libu alo teruk bagian
selatan, hulu wae labe, dengan menggunakan pemukul besar dan meledakkan batu
itu dengan dinamit. Pecahan batu itu di angkat umat ke lokasi gereja di misi
ini.
Menurut tuturan
tetua dari umat dan masyarakat di pagal, tahun berdirinya gedung gereja pagal
mulai tahun 1938 – 1939, hampir dua tahun membangunnya.Dan tahun 1939 bangunan
gereja itu selesai.Tegasnya bahwa gereja selesai di bangun pada tahun 1939.
Tukangnya : kepala
tukang yang memimpin pembangunan gereja itu adalah seorang Bruder SVD, namanya
Bruder AUFRIDUS, SVD (ada yang menyebutnya bruder Fridus, SVD). Anggota
tukangnya berasal dari larantuka dan maumere lalu di bantu oleh umat cibal.
3.3.
PEMBERKATAN GEREJA
Gereja diberkati dan diresmikan pada tahun 1939,
pada hari raya Kristus Raja pada minggu terakhir tahun liturgy gereja. Karena
diberkati pada hari raya Kristus Raja, maka nam apelindung gereja paroki pagal
adalah KRISTUS RAJA. Dan nama lengkapnya adalah PAROKI KRISTUS RAJA PAGAL.
Untuk mengenang
peristiwa bersejarah itu, maka pada tanggal 26 nopember 1989, usia gereja pagal
genap 50 tahun sehingga diadakan perayaan emas atau pesta emas gereja paroki
kristus raja pagal yang dihadiri oleh uskup ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD
dan sejumlah imam SVD yang pernah bekerja di cibal dulu, seperti P.J Verheyen,
SVD menyaksikan perayaan itu bersama seluruh undangan lainnya yang hadir pada
saat itu. Pada kesempatan itu saya (penulis) membacakan perkembangan agama
katolik (sekilas sejarahnya) yang di susun penulis (saya) atas permintaan
pastor paroki pagal (P. Lazarus Sugiono, OFM).
3.4.
TANAH PAROKI PAGAL
Tanah paroki ini
terdiri dari tanah paroki di pusat pagal dan tanah paroki di stasi-stasi paroki
pagal. Berdasarkan sejumlah nara sumber yang di himpun penulis dalam wawancara
khusus tentang asal-usul tanah paroki,khususnya di pusat pagal ini antara lain:
1.Bapak Aleks
Baru, umur 59 tahun, 29 januari 2010di
rumahnya
2. Bapak Yosef
Dadak, umur 76 tahun, 29 januari 2010 di rumahnya
3. Bapak Stanis
Angkat, umur 75 tahun, 29 januari 2010 di rumahnya
4.
Bapak David Nganda, umur 64 tahun, bealeba 21 februari 2010 di rumahnya
5.
Bapak Martinus Amat, tua golo bealeba dan 30 tahun guru agama bealeba, umur 83
tahun (lahir 1927) di rumahnya
6.Bapak
Donatus Dok, umur 90 tahun (lahir 1910), pagal 14 maret 2010 di rumahnya
7.
Bapak Aliyasin Neot,BA lahir 1946, pagal 12 maret 2011 di rumahnya
8.
Bapak Sebas Bour, lahir 1954, pagal 12 maret 2011 di rumah Aliyasin Neot
9.
Juga sejumlah responden lain yang namanya saya tidak sebutkan dalam tulisan
ini, pada dasarnya mereka menyebutkan tokoh yang sama atau nama yang sama,
mengenai asal usul tanah-tanah parokidi
pusat pagal ini.
Hasil
wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Tanah SDK Pagal I, tanah
biara OFM, tanah sawah paroki, semuanya berasal dari Nggaeng Mogu, sapaannya
Keraeng Oguk, merupakan tanah warisan ayah kandungnya yang bernama Nggaeng Ndara
·
Tanah tempat gereja
berdiri , tanah pastoran paroki, hingga gedung TK Arengkoe pagal, disebutkan
beberapa nama
Ø Bidang
yang cukup besar, berasal dari Nggaeng Wontjung-Membour, ayah kandung dari
nggaeng Pohus, sapaannnya keraeng Baka. Jadi tanah itu adalah warisan dari
Nggaeng Wontjung kepada anaknya Pohus sehingga tanah itu berasal dari Nggaeng
Pohus
Ø Bidang
yang lain, juga berasal dari Nggaeng Ndara, karena pada waktu itu tanah SDK
Pagal I dan tanah biara itu bersambung hingga tanah tempat berdirinya gereja
Ø Bidang
kecil, dulu ada sejumlah pohon kopi yang betumbuh dekat lapangan basket itu,
berasal dari bapak Ignas Teku , di beli P. Pius Repat , OFM
Ø Tanah
batas bagian utara gedung Fransiskus adalah tanah milik bapak Pohus dan batas
dengan bapak Lasarus Ndarap, tanah bapak Sadu dan ke timur belakang TK, batas
timur adalah tanah bapak Viktor Hodi.
Tanah asrama Clara…berasal dari mama Selia, saudari
sepupu dari bapak Philipus Manti.Bapa dari Selia ialah lopo Kari (Kuwu).
Tanah SDK Pagal I… berasal ari Nggaeng Pohus dan
sebagiannya dari bapak Andreas Nabit.
Tanah biara FMM… tanah itu berasal dari Rofinus Neha
dan istrinya Clara Simpet, orang tua dari Ores dan Ansel Bouth. Pater Pius
Repat, OFM membelinya dengan seekor kuda jantan putih coklat (jarang laki
gulung) sekitar tahun 1975.
Tanah paroki di sebelah kali (asrama putra) awalnya
tanah itu, menurut bapak Donatus Dok, tidak ada pemiliknya.Karena itu tanah di
serahkan kepada dua sekolah yakni SDK Pagal I dan SDK Pagal II, diserahkan
keraeng Thomas Tehak (Dalu Cibal)untuk kebun praktek dua sekolah itu, sekaligus
menjadi kebun sekolah SDK Pagal I dan SDK Pagal II sejak tahun 1968.
Kemudian tahun 1985, ketika bapak Fidelis Tasman Do,
BA menjadi camat cibal, tanah kebun sekolah itu diserahkan kepada paroki
Kristus Raja Pagal, untuk berbagai keperluan pengembangan usaha atau
pemanfaatan paroki lainnya.
Sedangkan tanah-tanah di stasi-stasi, jelas ada
pemilik awalnya, yang dengan rela menyerahkan kepada paroki demi umat setempat
dan umat seluruh paroki pagal ini.
Satu hal yang penting, menurut tuturan responden,
bahwa yang menyerahkan tanah gereja itu kepada misi katolik waktu itu adalah
penguasa wilayah cibal ini yaitu Nggaeng Nggou ( Dalu Cibal) dan Nggaeng
Yohanes Mbembok (mantan dalu cibal) menyerahkan kepada Misioraris SVD,
ceritanya waktu itu pater Kersten, SVD sekitar tahun 1935.
Kesimpulan :
TANAH PAROKI PAGAL (pusat dan stasi) berasal dari umat yang memiliki tanah yang
di butuhkan gereja dan menyerahkannya dengan sukarela.
3.5.
Potret Wilayah Paroki
Pagal
Wajah paroki
berbukit dan berlembah. Berlembah besar dan kecil.Berbukit, bertebing bahkan di
beberapa lokasi terjal. Kalau kita berjalan dari Pagal (pusat paroki) ikut arah
jarum jam, ke stasi Nontol keadaan jalannya landau, lereng. Dari Nontol ke
stasi Akel (Beangiung), menurun panjang, di apiti dengan tebing yang miring.
Dari stasi Akel ke stasi Nanga, jalan-jalannya datar, lewat Wae Racang, baru
masuk ke stasi Nanga.Dari Nanga ke stasi Lenda, jalan mendaki dan menurun,
masuk SDI Lenda.Ini bagian barat paroki Pagal.
Pada bagian utara…
dari Pagal ke stasi Beawaek – Cibal ada jalan raya beraspal. Keadaan jalannya
mendaki dan menurun hamper sebanding. Dari Beawaek ke stasi Heso, ada jalan
raya beraspal, rata dan landau. Dari Pagal ke stasi Longko, ada jalan raya Ruteng– Reo, namun dari Golo Nggorong ke
Longko, jalannya menurun tajam (ada jalan raya rintis) tapi belum tuntas.
Karena itu berkaki kurang lebih satu kilo meter.Dari Paal ke stasi Gapong,
jalannya landau, dan mulus karena jalan Ruteng – Reo beraspal.
Pada bagian Timur
dan Selatan..dari Pagal ke kampong Poka dan kampong Koko (kedua kampong ini
bagian dari stasi Nontol) dan kampong Sesa, jalannya menurun dan landai.
Dari Pagal ke stsi
Wudi..jalannya landai dan muluskarena jalan ray aberaspal Ruteng – Reo dan
mendaki sedikit dari Tengku Tok ke kapela Wudi, lalu masuk ke Wudi. Dari Wudi
ke stasi Rakas jalannya menurun panjang, namun lancar karena jalan raya
beraspal.
Singkat data dan
kata, inilah wajah Paroki Kristus Raja Pagal yang alamiah memang dan nyata.Bersyukur
pada saat ini, komunikasi antar pusat dan stasi, berjalan baik berkat hadirnya
jalan raya, walaupun belum semuanya beraspal namun cukup membantu tugas
pelayanan Pastoral dan Pemerintah dengan kendaraan beroda dua dan beroda empat.
4. PENDUDUK
4.1.
Asal – usul Penduduk
Asal usul penduduk
yang masuk pertama di paroki Pagal, tidak ada jawaban yang pasti, karena tidak
adanya sumber tertulis. Mereka mengatakan berasal dari Minangkabau, da nada
lagi yang menyebut dari Goa – Sulawesi Selatan, mendarat di Mandosawu (Poco
mandu sawu, mando lawa) itu berasal dari Minangkabau., yang berasal dari Goa
mendarat di lale Lembong – Worloka dan sebagainya.
Data lain juga
mengatakan , suku-suku di Cibal datang dari selatan Manggarai dan bagian barat
seperti Rahong dan Tanggar (Cunga Nus, sebelah timur kampong Jaong).
Suku
– suku yang ada di Cibal antara lain:
Suku yang pertama
mendiami wilayah Cibal ialah suku TASOK.Pemimpin yang terkenal ialah LONTAR. Nama
panggilannya Lontar-Melondek. Empo Lontar inilah yang memimpin wilayah Cibal
dan berkuasa sampai ia menyerahkan kekuasaannya kepada suku KINA.KEKUASAAN Empo
Lontar terdesak oleh pasukan Bima, lalu suku Kina yang di pimpin oleh Empo
Padju Lae, dengan demikian Empo Padju berkuasa di wilayah Cibal. Kemudian Empo
Lontar Melondek memimpin suku Tasok berpindah ke lamba Leda dan mengakhiri
hidupnya di sana, kuburnya di Wereng – Lamba Leda.
Suku berikutnya
ialah suku KINA. Kisah asalnya suku kina inni yaitu Empo Padju Lae ini datang
dari Beo Kina , Empo Padju datang ke Cibal, legendanya mengikuti seekor babi
betina yang datangi Cibal dan babi itu tinggal dan menetap di Cubu (Tadak) desa
Lenda sehingga Empo Padju juga berhenti dan tinggal di situ. Suki Kina ini
terbesar dan berpengaruh dan berkuasa di wilayah Cibal (golongan bangsawan).
Suku-suku lainnya
yang menghuni wilayah Cibal ini seperti suku Ntala, suku Tueng, suku Kilor, suku
Watang, suku Wangko, suku Kasong, suku Teke, suku Tuke, suku Teruk, suku
Nuling, suku Wudi, suku Wajang, suku Giro, suku Nggeong, suku Ntengang, suku
Balak, suku Pumpuk, suku Wua, suku Weol, suku Tengka, suku Like (Manong), suku
Goi, suku Sama, suku TAga, suku Tuba, suku Rengkam, suku Raci, suku Lenggo,
suku Waso, suku Bore, suku Mbero, suku Dese, suku Wakel (Rejeng), suku Mangge,
suku Manu (Lelak), suku Wenus (Rahong), suku Bikar, dan suku-suku lainnya yang
datang ke Cibal (Pagal) karena tugas profesinya seperti: Todo, Pongkor, Kuwus,
Lambaleda, Ruteng, Ngada, Rahong, Komodo, Lembor, Reo Pota, Manus, Ende,
Maumere, Larantuka, Timor, Sumba, Sumbawa, Alor, Bali, Jawa, Lembata, Adonara,
Lombok, dll.
4.2.
Jumlah Penduduk
Pada tahun
tujuhpuluhan , penduduknya berjumlah 20 ribu jiwa (dua puluh ribu jiwa). Pada
tahun delapan puluhan jumlah berubah
menjadi 24 ribu lebih jiwa. Tahun 1984 sekitar 25 ribu 134 jiwa (data statistic
kecamatan cibal), jumlah umat katolik sama seperti jumlah penduduk karena agama
lain sedikit. Jumlah penduduk tahun dua ribuan ke atas sekitar 35 ribu lebih
dan bulan nopember tahun 2010 berjumlah 38 ribu lebih (data kecamatan).
Namun jumlah umat katolik
paroki pagal, di bawah dari jumlah di atas, di perkirakan sepertiga dari itu.
4.3 Mata
Pencaharian
Menata ekoniminya untuk mencapai kesejahteraan
material di tempuh berbagai usaha. Usaha itu antara lain dengan berladang
mengolah lahan kering, dengan cara sederhana,tebas hutan belukar, lalu di biarkan beberapa saat setelah kering,
lalu di bakar. Kemudian di tanam jagung, padi, ubi, sayur-mayur dan
sebagainya.Lahan padi sawah kecil, yang ada di sekitar Pagal, Nenu, Wela,
Gapong, Sesa, Wudi. Tanaman perdagangan seperti: Kopi, cengkeh, coklat, kemiri,
kacang hijau, kacang tanah, dan sebagainya.
Sikon ekonomi umat (rakyat) secara umum masih lemah.
Keadaan ini memacuh dewan pastoral paroki dan umat berupaya untuk bangkit
bersam warganya, berupaya menanam tanaman yang produktif di tanahnya
masing-masing. Bangkitkan lagi semangat gotong-royong atau leles, saling
membantu dan cara-cara lain yang bermanfaat.Pelihara ternak babi, kambimng
ayam, sapi, kerbau, dll.
Selain ternak para masyarakat paroki pagal, ada juga
potensi sebagai tukang kayu, batu, dan sebagainya.
Berdagang keliling juga ada (di sebut papalele),
menjual kain songke (kain tenun), ikan, pisang, nyiru (doku), kasur (boslak),
kayu bakar, dll. Sejumlah umat sudah memiliki kendaraan roda empat (truk, bemo)
dan roda dua (motor) untuk ojek.
4.4 Lapisan
Sosial Masyarakat Cibal Pagal
Dalam masyarakat asli cibal, di rasakan ada peran
khusus pada manusia, berdasarkan itu muncul lapisan seperti…
·
Pertama : lapisan
bangsawan dengan sebutan khusus Nggaeng. Tinggalnya di kampong Compang Cibal,
Beawaek, Kaca, Keker, Lamba, Pelas, Pagal, Teruk, dan kampong-kampung lainnya
di cibal.
·
Kedua : lapisan
fungsional yang di sebut Gelarang (fungsionaris yang di tetapkan oleh lapisan
pertama)
·
Ketiga : Lapisan Leke
(leke : tempurung, tempat isi tuak) lapisan ini berfungsi melayani (tukang lege
tuak) menuangkan tuak ke dalam tempurung. Mereka ini rakyat biasa, di sebut wae
leke. Lapisan ini biasanya bekerja sebagai petani, pedagang kecil, tukang dan
sebagainya. Mereka lapisan rendah dalam masyarakat tradisional cibal.
·
Keempat : lapisan mendi
(hamba). Mereka ini golongan bawa, Untuk disuruh-suruh sesuai dengan kemauan
penguasa bahkan di jadikan “taki mendi” pelunas pajak. Lapisan mendi di sebut
Wae Mendi. Menurut tuturan orang tua, lapisan ini adalah orang-orang yang di
tangkap dalam peperangan atau tak mampu membayar utang. Mereka di jual kepada
orang lain.
4.5. Terbentuknya Wilayah/Stasi
Ada 9
(Sembilan)
wilayah dan 10 stasi. Sembilan wilayah berada di pusat
Gereja Pagal. Dapat di sebutkan sebagai berikut:
1. Wilayah
satu, membawahi KBG Pagal I, Pagal II, Pagal III, Pagal IV, Pagal V
2. Wilayah
dua, membawahi KBG Wae Woing, Beawoing I dan Beawoing II, Beawaja I, Beawaja II, KBG Lawar
3. Wilayah
tiga, membawahi KBG Teruk I, Teruk II, Teruk III, Teruk IV
4. Wilayah
empat, membawahi KBG Wae Pau, KBG Ratung I, KBG Ratung II
5. Wilayah
lima, membawahi KBG Kuwu I, II, III
6. Wilayah
enam, membawahi KBG Bealeba I, II, III, IV
7. Wilayah
tujuh, membawahi KBG Golonggorong, KBG
Pir
8. Wilayah delapan, KBG Peso I, KBG Peso II dan Leo ke-IX
9. Wilayah Sembilan, KBG Sesa I, II
Ada 10 (sepuluh) stasi meliputi:
1. Stasi
Akel (Beangiung) meliputi KBG dari kampung Akel, Cipi, Terep, Rampasasa
2. Stasi
Nanga, meliputi KBG kampung Nanga, Golokoe, Roho, Golo Munde
3. Stasi Nontol, meliputi KBG Nontol I, II, III,
Poka, dan Koko
4. Stasi
Lenda, meliputi KBG kampong Lenda, Kawak, Cubu, Nanu, Malip, Modo
5. Stasi
Heso, meliputi KBG Munta, Luwu
6. Stasi
Beawaek, meliputi KBG Beawaek, Cibal, Lalang, Kaca/Keker
7. Stasi
Longko, meliputi KBG Longko, Wela, Rewa
8. Stasi
Gapong, meliputi KBG Gapong, Wakal, Pau
9. Stasi
Wudi, meliputi KBG Wudi, Ka’ung, Golo Welu (lapangan)
10. Stasi
Rakas, meliputi KBG Rakas, Dopo
Pagal, 30 Nopember 2014
Sdr,
Yosep Kama, OFS
·
Nama
– nama Pastor yang berkarya di Paroki Kristus Raja Pagal:
1.
P.
Verheyen, SVD : 1939 –
1947
2.
P.
Smith, SVD : 1947 -
1956
3.
P.
Huld Hoogen, Ofm : 1956 –
1963
4.
P.
Dresch, Ofm : 1963 –
1967
5.
P.
Pius Repat, Ofm : 1967 –
1975
6.
P.
Aegidius Ngarut, Ofm : 1975 –
1979
7.
P.
Vicente Kunrath, Ofm : 1980 –
1984
8.
P.
Gabriel Maing, Ofm : 1984 –
1986
9.
P.
Lasarus Sogiyono, Ofm : 1986 –
1992
10. P. Peter C. Aman, Ofm : 1992 –
1996
11. P. Aegidius Ngarut, Ofm : 1996 –
2001
12. P. Marcel Onggol, Ofm : 2002 –
2006
13. P. Ignasius Wagut, Ofm : 2007 –
2013
14. P. Taucen Hotlan Girsang, Ofm :
2014 – 2016
15. P. Albertus Magnus Dafidis Watan Lasar, Ofm : 2016 – Sekarang
·
Nama
– nama Pastor Rekan yang pernah berkarya di Paroki Kristus Raja Pagal:
1.
P.
Agustinus Nggame, Ofm :
2011 – 2013
2.
P.
Wilibrodus Andreas Bisa, Ofm : 2014 –
2016
3.
P.
Desideramus Ansbi Baum, Ofm : 2016 –
2018
4.
P.
Damianus Asep Cahyono, Ofm : 2019
5.
P.
Gregorio W.F. Ranus, Ofm :
2019
6.
P.
Anicetus E. Jebada, Ofm :
2020
7.
P. Yanuarius
Kanmese : 2021