Sejarah

SEJARAH PAROKI KRISTUS RAJA PAGAL

 



1.     PENDAHULUAN

Pagal adalah nama sebuah kampung yang terletak di wilayah kecamatan Cibal, 21 km dari kota ruteng ke arah utara menuju Reo. Berada di antara kecamatan Wae Rii dan kecamatan Reok; Pagal adalah ibu kota Kecamatan Cibal.

Kata Pagal mempunyai arti khusus. Menurut tuturan para majelis Gereja Pagal dan sejumlah tetua masyarakat pagal dan kampong sekitarnya (diwawancarai) mereka menjelaskan arti kata Pagal

·       Kata Pagal berarti sebuah upaya sadar, untuk menjinakkan kerbau liar, caranya kerbau liar yang sudah di tangkap di masukkan ke dalam kandang yang kuat, lalu lehernya di masukkan ke dalam palang kayu yang sudah disiapkan khusus untuk itu, Untuk beberapa saat hingga (sampai) kerbau itu jinak, ada yang lain menjelaskan bahwa kota Pagal sama dengan OKA SISIR yang di pasang pada leher kerbau yang sedang membawa bajak sawah , artinya untuk menjinakkan kerbau liar, inilah arti atau makna kata Pagal.

·       Selanjutnya arti dari kata MISI Pagal

Kata ini berasal dari penggalan kata MISIONARIS GEREJA KATOLIK, yang datangmelayani umat di Cibal, dan Pagalmenjadi stasi singgahan untuk perayaan Ekaristi, Baptis orang dan mengajar agama. Lama kelamaan nama misi menjadi popular sehingga kalau ada kegiatan pastor yang dating di pagal umat bilang:”mari kita ke misi” maksudnya ke pasoran. Kata ini mengingatkan umat sampai sekarang tentang misi gereja katolik awalnya berpusat di pagal.

 

2.     LAHIRNYA UMAT KATOLIK AWAL

Lahirnya umat katolik awal di pagal, bahkan cabal, tidak terlepas dari hasil karya misionaris SVD saat itu.Menurut catatan dalam buku stambuk paroki pagal, buku no. I- no urut baptis ke-9, disitu dicatat awal mulainya gereja katolik masuk dan berkarya di pagal-cibal, ditandai dengan kehadiranseorang misionaris SVD bernama pater Muller SVD pada tanggal 29 mei 1915. Pater ini masuk di pagal dan membaptis seorang dari kampung kuwu bernama HUWA dan setelah di baptis namanya menjadi MARKUS HUWA. Dengan pembaptisan Markus Huwa ini dihitung sebagai awal masuknya gereja katolik di Pagal-Cibal ini, sekaligus sebagai TONGGAK SEJARAH GEREJA KATOLIK  di wilayah hamente Cibal.

Jika di hitung dari 29 mei 1915 sampai dengan 29 mei 2015 usia gereja katolik di pagal menjadi 100 tahun (satu abad). Selanjutnya pater-pater SVD secara bergilir datang melayan umat di cabal dan berpusat di pagal. Dari tahun 1915-1956  sekitar 32 orang imam SVD yang datang melayani umat di Cibal dan sejumlah berkarya di pagal, sebagai pastor paroki pagal. Jumlah umat bertambah banyak dan peralihan tugas pelayanan dari SVD ke OFM pada tanggal 8 April 1956 (dari SVD ke OFM).

 

3.     HADIRNYA SEBUAH PAROKI DI CIBAL

Dengan berkembangnya jumlah umat di wilayah cabal maka tentu membutuhkan sebuah tempat pelayanan yang tetap.Dan untuk itu, pihak keuskupan ruteng memilih paal sebagai pusat sebuah stasi.Para imam SVD secara teratur dan terus meningkatkan pelayanannya sehingga meningkat pla jumlah umat katolik di cabal dari tahun 1915 sampai tahun 1956.Dengan demikian setelah memenuhi syarat untuk terbentuknya sebuah paroki tentunya itu ditetapkan pihak keuskupan ruteng.Menurut sejarah gereja katolik mangarai, ada beberapa tempat di pilih menjadi pusat pelayanan umat di manggarai.Di sebutkan ruteng sebagai pusat, sudah itu pagal, rekas bagian barat dan lengko ajang bagian timur manggarai.

 

3.1.         PAGAL SEBAGAI SEBUAH PAROKI DI CIBAL

Tentang hal ini dituturkan para anggota majelis gereja pagal seperti bapak Andreas Nabit, Lukas Dagos, Urbanus Tongo, Ferdinandus Nogur, Donatus Dok, Philipus Manti, dan sejumlah tokoh masyarakat cibal di pagal antara lain bapak Ignasius Rombong, Yohanes Mbembok (dalu cibal), Thomas Tehak (dalu cibal) dan guru agama sekitar pagal, teruk, bealeba, peso, kuwu, menceritakan kepada penulis (Yos Kama)sbb:

“Mulanya hanya satu paroki di cibal, yaitu pagal.Pagal merupakan pusat pelayanan, pelayanan pastoral untuk seluruh wilayah hamente cibal atau sekarang di sebut kecamatan cibal.Perayaan Natal dan Paskah semuanya datang di geraja pagal. Para misionaris SVD yang datang dari Ruteng untuk melayani umat katolik di cibal dan pagal menjadi pusat pelayanan sakramen.Dari pagal mereka patroli ke cibal utara, timur, barat dan selatan cibal ini. Bahkan dari pagal, imam-imam SVD patroli ke reo, ruis dan lamba leda. Karena pagal menjadi pusat paroki di cibal, maka perayaan Natal dan Paskah umat dari seluruh cibal datang merayakan di gereja pagal.

 

3.2.         TAHUN BERDIRINYA GEDUNG GEREJA PAGAL

Para tetua yang disebutkan  di atas (ef. 3.1)menuturkan pembangunan gedung gereja secara bertahap. Tahun 1937, tahun pengumpulan material bangunan seperti; batu, pasir, dan bahan local lainnya. Partisipasi umat cibal berupa; batu, pasir yang di ambil dari wae naong kali perbatasan cibal dan lamba leda, dan dari wae kokak-hamente ndehas, dengan menggunakan tenaga manusia dan tenaga hewan seperti kerbau dan kuda mengangkutnya ke pagal. Umat dengan senang hati dan gembira melakukan hal itu.Mereka bangga berbuat sesuatu untuk membangun rumah ibadahnya yaitu gereja.Mereka beramai-ramai melaksanakan tugas itu dengan senang hati.

Selain umat mengangkut pasir dari tempat yang jauh seperti dari wae naong, kali perbatasan dengan lamba leda, juga dari wae kokak- hamente ndehes, ada kelompok khusus umat bersama tukang batu memecahkan batu besar di libu alo teruk bagian selatan, hulu wae labe, dengan menggunakan pemukul besar dan meledakkan batu itu dengan dinamit. Pecahan batu itu di angkat umat ke lokasi gereja di misi ini.

Menurut tuturan tetua dari umat dan masyarakat di pagal, tahun berdirinya gedung gereja pagal mulai tahun 1938 – 1939, hampir dua tahun membangunnya.Dan tahun 1939 bangunan gereja itu selesai.Tegasnya bahwa gereja selesai di bangun pada tahun 1939.

Tukangnya : kepala tukang yang memimpin pembangunan gereja itu adalah seorang Bruder SVD, namanya Bruder AUFRIDUS, SVD (ada yang menyebutnya bruder Fridus, SVD). Anggota tukangnya berasal dari larantuka dan maumere lalu di bantu oleh umat cibal.

 

3.3.         PEMBERKATAN GEREJA

Gereja  diberkati dan diresmikan pada tahun 1939, pada hari raya Kristus Raja pada minggu terakhir tahun liturgy gereja. Karena diberkati pada hari raya Kristus Raja, maka nam apelindung gereja paroki pagal adalah KRISTUS RAJA. Dan nama lengkapnya adalah PAROKI KRISTUS RAJA PAGAL.

Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu, maka pada tanggal 26 nopember 1989, usia gereja pagal genap 50 tahun sehingga diadakan perayaan emas atau pesta emas gereja paroki kristus raja pagal yang dihadiri oleh uskup ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD dan sejumlah imam SVD yang pernah bekerja di cibal dulu, seperti P.J Verheyen, SVD menyaksikan perayaan itu bersama seluruh undangan lainnya yang hadir pada saat itu. Pada kesempatan itu saya (penulis) membacakan perkembangan agama katolik (sekilas sejarahnya) yang di susun penulis (saya) atas permintaan pastor paroki pagal (P. Lazarus Sugiono, OFM).

 

3.4.         TANAH PAROKI PAGAL

Tanah paroki ini terdiri dari tanah paroki di pusat pagal dan tanah paroki di stasi-stasi paroki pagal. Berdasarkan sejumlah nara sumber yang di himpun penulis dalam wawancara khusus tentang asal-usul tanah paroki,khususnya di pusat pagal ini antara lain:

1.Bapak Aleks Baru, umur 59 tahun,  29 januari 2010di rumahnya

2. Bapak Yosef Dadak, umur 76 tahun, 29 januari 2010 di rumahnya

3. Bapak Stanis Angkat, umur 75 tahun, 29 januari 2010 di rumahnya

4. Bapak David Nganda, umur 64 tahun, bealeba 21 februari 2010 di rumahnya

5. Bapak Martinus Amat, tua golo bealeba dan 30 tahun guru agama bealeba, umur 83 tahun (lahir 1927) di rumahnya

6.Bapak Donatus Dok, umur 90 tahun (lahir 1910), pagal 14 maret 2010 di rumahnya

7. Bapak Aliyasin Neot,BA lahir 1946, pagal 12 maret 2011 di rumahnya

8. Bapak Sebas Bour, lahir 1954, pagal 12 maret 2011 di rumah Aliyasin Neot

9. Juga sejumlah responden lain yang namanya saya tidak sebutkan dalam tulisan ini, pada dasarnya mereka menyebutkan tokoh yang sama atau nama yang sama, mengenai asal usul tanah-tanah parokidi  pusat pagal ini.

Hasil wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut:

·       Tanah SDK Pagal I, tanah biara OFM, tanah sawah paroki, semuanya berasal dari Nggaeng Mogu, sapaannya Keraeng Oguk, merupakan tanah warisan ayah kandungnya yang bernama Nggaeng Ndara

·       Tanah tempat gereja berdiri , tanah pastoran paroki, hingga gedung TK Arengkoe pagal, disebutkan beberapa nama

Ø  Bidang yang cukup besar, berasal dari Nggaeng Wontjung-Membour, ayah kandung dari nggaeng Pohus, sapaannnya keraeng Baka. Jadi tanah itu adalah warisan dari Nggaeng Wontjung kepada anaknya Pohus sehingga tanah itu berasal dari Nggaeng Pohus

Ø  Bidang yang lain, juga berasal dari Nggaeng Ndara, karena pada waktu itu tanah SDK Pagal I dan tanah biara itu bersambung hingga tanah tempat berdirinya gereja

Ø  Bidang kecil, dulu ada sejumlah pohon kopi yang betumbuh dekat lapangan basket itu, berasal dari bapak Ignas Teku , di beli P. Pius Repat , OFM

Ø  Tanah batas bagian utara gedung Fransiskus adalah tanah milik bapak Pohus dan batas dengan bapak Lasarus Ndarap, tanah bapak Sadu dan ke timur belakang TK, batas timur adalah tanah bapak Viktor Hodi.

Tanah asrama Clara…berasal dari mama Selia, saudari sepupu dari bapak Philipus Manti.Bapa dari Selia ialah lopo Kari (Kuwu).

Tanah SDK Pagal I… berasal ari Nggaeng Pohus dan sebagiannya dari bapak Andreas Nabit.

Tanah biara FMM… tanah itu berasal dari Rofinus Neha dan istrinya Clara Simpet, orang tua dari Ores dan Ansel Bouth. Pater Pius Repat, OFM membelinya dengan seekor kuda jantan putih coklat (jarang laki gulung) sekitar tahun 1975.

Tanah paroki di sebelah kali (asrama putra) awalnya tanah itu, menurut bapak Donatus Dok, tidak ada pemiliknya.Karena itu tanah di serahkan kepada dua sekolah yakni SDK Pagal I dan SDK Pagal II, diserahkan keraeng Thomas Tehak (Dalu Cibal)untuk kebun praktek dua sekolah itu, sekaligus menjadi kebun sekolah SDK Pagal I dan SDK Pagal II sejak tahun 1968.

Kemudian tahun 1985, ketika bapak Fidelis Tasman Do, BA menjadi camat cibal, tanah kebun sekolah itu diserahkan kepada paroki Kristus Raja Pagal, untuk berbagai keperluan pengembangan usaha atau pemanfaatan paroki lainnya.

Sedangkan tanah-tanah di stasi-stasi, jelas ada pemilik awalnya, yang dengan rela menyerahkan kepada paroki demi umat setempat dan umat seluruh paroki pagal ini.

Satu hal yang penting, menurut tuturan responden, bahwa yang menyerahkan tanah gereja itu kepada misi katolik waktu itu adalah penguasa wilayah cibal ini yaitu Nggaeng Nggou ( Dalu Cibal) dan Nggaeng Yohanes Mbembok (mantan dalu cibal) menyerahkan kepada Misioraris SVD, ceritanya waktu itu pater Kersten, SVD sekitar tahun 1935.

Kesimpulan : TANAH PAROKI PAGAL (pusat dan stasi) berasal dari umat yang memiliki tanah yang di butuhkan gereja dan menyerahkannya dengan sukarela.

3.5.         Potret Wilayah Paroki Pagal

Wajah paroki berbukit dan berlembah. Berlembah besar dan kecil.Berbukit, bertebing bahkan di beberapa lokasi terjal. Kalau kita berjalan dari Pagal (pusat paroki) ikut arah jarum jam, ke stasi Nontol keadaan jalannya landau, lereng. Dari Nontol ke stasi Akel (Beangiung), menurun panjang, di apiti dengan tebing yang miring. Dari stasi Akel ke stasi Nanga, jalan-jalannya datar, lewat Wae Racang, baru masuk ke stasi Nanga.Dari Nanga ke stasi Lenda, jalan mendaki dan menurun, masuk SDI Lenda.Ini bagian barat paroki Pagal.

Pada bagian utara… dari Pagal ke stasi Beawaek – Cibal ada jalan raya beraspal. Keadaan jalannya mendaki dan menurun hamper sebanding. Dari Beawaek ke stasi Heso, ada jalan raya beraspal, rata dan landau. Dari Pagal ke stasi Longko, ada jalan raya  Ruteng– Reo, namun dari Golo Nggorong ke Longko, jalannya menurun tajam (ada jalan raya rintis) tapi belum tuntas. Karena itu berkaki kurang lebih satu kilo meter.Dari Paal ke stasi Gapong, jalannya landau, dan mulus karena jalan Ruteng – Reo beraspal.

Pada bagian Timur dan Selatan..dari Pagal ke kampong Poka dan kampong Koko (kedua kampong ini bagian dari stasi Nontol) dan kampong Sesa, jalannya menurun dan landai.

Dari Pagal ke stsi Wudi..jalannya landai dan muluskarena jalan ray aberaspal Ruteng – Reo dan mendaki sedikit dari Tengku Tok ke kapela Wudi, lalu masuk ke Wudi. Dari Wudi ke stasi Rakas jalannya menurun panjang, namun lancar karena jalan raya beraspal.

Singkat data dan kata, inilah wajah Paroki Kristus Raja Pagal yang alamiah memang dan nyata.Bersyukur pada saat ini, komunikasi antar pusat dan stasi, berjalan baik berkat hadirnya jalan raya, walaupun belum semuanya beraspal namun cukup membantu tugas pelayanan Pastoral dan Pemerintah dengan kendaraan beroda dua dan beroda empat.

 

4.     PENDUDUK

4.1.         Asal – usul Penduduk

Asal usul penduduk yang masuk pertama di paroki Pagal, tidak ada jawaban yang pasti, karena tidak adanya sumber tertulis. Mereka mengatakan berasal dari Minangkabau, da nada lagi yang menyebut dari Goa – Sulawesi Selatan, mendarat di Mandosawu (Poco mandu sawu, mando lawa) itu berasal dari Minangkabau., yang berasal dari Goa mendarat di lale Lembong – Worloka dan sebagainya.

Data lain juga mengatakan , suku-suku di Cibal datang dari selatan Manggarai dan bagian barat seperti Rahong dan Tanggar (Cunga Nus, sebelah timur kampong Jaong).

 

Suku – suku yang ada di Cibal antara lain:

Suku yang pertama mendiami wilayah Cibal ialah suku TASOK.Pemimpin yang terkenal ialah LONTAR. Nama panggilannya Lontar-Melondek. Empo Lontar inilah yang memimpin wilayah Cibal dan berkuasa sampai ia menyerahkan kekuasaannya kepada suku KINA.KEKUASAAN Empo Lontar terdesak oleh pasukan Bima, lalu suku Kina yang di pimpin oleh Empo Padju Lae, dengan demikian Empo Padju berkuasa di wilayah Cibal. Kemudian Empo Lontar Melondek memimpin suku Tasok berpindah ke lamba Leda dan mengakhiri hidupnya di sana, kuburnya di Wereng – Lamba Leda.

Suku berikutnya ialah suku KINA. Kisah asalnya suku kina inni yaitu Empo Padju Lae ini datang dari Beo Kina , Empo Padju datang ke Cibal, legendanya mengikuti seekor babi betina yang datangi Cibal dan babi itu tinggal dan menetap di Cubu (Tadak) desa Lenda sehingga Empo Padju juga berhenti dan tinggal di situ. Suki Kina ini terbesar dan berpengaruh dan berkuasa di wilayah Cibal (golongan bangsawan).

Suku-suku lainnya yang menghuni wilayah Cibal ini seperti suku Ntala, suku Tueng, suku Kilor, suku Watang, suku Wangko, suku Kasong, suku Teke, suku Tuke, suku Teruk, suku Nuling, suku Wudi, suku Wajang, suku Giro, suku Nggeong, suku Ntengang, suku Balak, suku Pumpuk, suku Wua, suku Weol, suku Tengka, suku Like (Manong), suku Goi, suku Sama, suku TAga, suku Tuba, suku Rengkam, suku Raci, suku Lenggo, suku Waso, suku Bore, suku Mbero, suku Dese, suku Wakel (Rejeng), suku Mangge, suku Manu (Lelak), suku Wenus (Rahong), suku Bikar, dan suku-suku lainnya yang datang ke Cibal (Pagal) karena tugas profesinya seperti: Todo, Pongkor, Kuwus, Lambaleda, Ruteng, Ngada, Rahong, Komodo, Lembor, Reo Pota, Manus, Ende, Maumere, Larantuka, Timor, Sumba, Sumbawa, Alor, Bali, Jawa, Lembata, Adonara, Lombok, dll.

4.2.         Jumlah Penduduk

Pada tahun tujuhpuluhan , penduduknya berjumlah 20 ribu jiwa (dua puluh ribu jiwa). Pada tahun delapan puluhan  jumlah berubah menjadi 24 ribu lebih jiwa. Tahun 1984 sekitar 25 ribu 134 jiwa (data statistic kecamatan cibal), jumlah umat katolik sama seperti jumlah penduduk karena agama lain sedikit. Jumlah penduduk tahun dua ribuan ke atas sekitar 35 ribu lebih dan bulan nopember tahun 2010 berjumlah 38 ribu lebih (data kecamatan).

Namun jumlah umat katolik paroki pagal, di bawah dari jumlah di atas, di perkirakan sepertiga dari itu.

4.3       Mata Pencaharian

Menata ekoniminya untuk mencapai kesejahteraan material di tempuh berbagai usaha. Usaha itu antara lain dengan berladang mengolah lahan kering, dengan cara sederhana,tebas hutan belukar,  lalu di biarkan beberapa saat setelah kering, lalu di bakar. Kemudian di tanam jagung, padi, ubi, sayur-mayur dan sebagainya.Lahan padi sawah kecil, yang ada di sekitar Pagal, Nenu, Wela, Gapong, Sesa, Wudi. Tanaman perdagangan seperti: Kopi, cengkeh, coklat, kemiri, kacang hijau, kacang tanah, dan sebagainya.

Sikon ekonomi umat (rakyat) secara umum masih lemah. Keadaan ini memacuh dewan pastoral paroki dan umat berupaya untuk bangkit bersam warganya, berupaya menanam tanaman yang produktif di tanahnya masing-masing. Bangkitkan lagi semangat gotong-royong atau leles, saling membantu dan cara-cara lain yang bermanfaat.Pelihara ternak babi, kambimng ayam, sapi, kerbau, dll.

Selain ternak para masyarakat paroki pagal, ada juga potensi sebagai tukang kayu, batu, dan sebagainya.

Berdagang keliling juga ada (di sebut papalele), menjual kain songke (kain tenun), ikan, pisang, nyiru (doku), kasur (boslak), kayu bakar, dll. Sejumlah umat sudah memiliki kendaraan roda empat (truk, bemo) dan roda dua (motor) untuk ojek.

            4.4       Lapisan Sosial Masyarakat Cibal Pagal

Dalam masyarakat asli cibal, di rasakan ada peran khusus pada manusia, berdasarkan itu muncul lapisan seperti…

·       Pertama : lapisan bangsawan dengan sebutan khusus Nggaeng. Tinggalnya di kampong Compang Cibal, Beawaek, Kaca, Keker, Lamba, Pelas, Pagal, Teruk, dan kampong-kampung lainnya di cibal.

·       Kedua : lapisan fungsional yang di sebut Gelarang (fungsionaris yang di tetapkan oleh lapisan pertama)

·       Ketiga : Lapisan Leke (leke : tempurung, tempat isi tuak) lapisan ini berfungsi melayani (tukang lege tuak) menuangkan tuak ke dalam tempurung. Mereka ini rakyat biasa, di sebut wae leke. Lapisan ini biasanya bekerja sebagai petani, pedagang kecil, tukang dan sebagainya. Mereka lapisan rendah dalam masyarakat tradisional cibal.

·       Keempat : lapisan mendi (hamba). Mereka ini golongan bawa, Untuk disuruh-suruh sesuai dengan kemauan penguasa bahkan di jadikan “taki mendi” pelunas pajak. Lapisan mendi di sebut Wae Mendi. Menurut tuturan orang tua, lapisan ini adalah orang-orang yang di tangkap dalam peperangan atau tak mampu membayar utang. Mereka di jual kepada orang lain.

 

4.5. Terbentuknya Wilayah/Stasi

Ada 9 (Sembilan) wilayah dan 10 stasi. Sembilan wilayah berada di pusat Gereja Pagal. Dapat di sebutkan sebagai berikut:

1.     Wilayah satu, membawahi KBG Pagal I, Pagal II, Pagal III, Pagal IV, Pagal V

2.     Wilayah dua, membawahi KBG Wae Woing, Beawoing I dan Beawoing II, Beawaja I, Beawaja II, KBG Lawar

3.     Wilayah tiga, membawahi KBG Teruk I, Teruk II, Teruk III, Teruk IV

4.     Wilayah empat, membawahi KBG Wae Pau, KBG Ratung I, KBG Ratung II

5.     Wilayah lima, membawahi KBG Kuwu I, II, III

6.     Wilayah enam, membawahi KBG Bealeba I, II, III, IV

7.     Wilayah tujuh, membawahi KBG Golonggorong, KBG Pir

8.     Wilayah delapan, KBG Peso I, KBG Peso II dan Leo ke-IX

9.     Wilayah Sembilan, KBG Sesa I, II

Ada 10 (sepuluh) stasi meliputi:

1.     Stasi Akel (Beangiung) meliputi KBG dari kampung Akel, Cipi, Terep, Rampasasa

2.     Stasi Nanga, meliputi KBG kampung Nanga, Golokoe, Roho, Golo Munde

3.      Stasi Nontol, meliputi KBG Nontol I, II, III, Poka, dan Koko

4.     Stasi Lenda, meliputi KBG kampong Lenda, Kawak, Cubu, Nanu, Malip, Modo

5.     Stasi Heso, meliputi KBG Munta, Luwu

6.     Stasi Beawaek, meliputi KBG Beawaek, Cibal, Lalang, Kaca/Keker

7.     Stasi Longko, meliputi KBG Longko, Wela, Rewa

8.     Stasi Gapong, meliputi KBG Gapong, Wakal, Pau

9.     Stasi Wudi, meliputi KBG Wudi, Ka’ung, Golo Welu (lapangan)

10.  Stasi Rakas, meliputi KBG Rakas, Dopo

 Pagal, 30 Nopember 2014

 

    Sdr, Yosep Kama, OFS

·       Nama – nama Pastor yang berkarya di Paroki Kristus Raja Pagal:

1.     P. Verheyen, SVD                                                      : 1939 – 1947

2.     P. Smith, SVD                                                            : 1947 - 1956

3.     P. Huld Hoogen, Ofm                                                 : 1956 – 1963

4.     P. Dresch, Ofm                                                           : 1963 – 1967

5.     P. Pius Repat, Ofm                                                     : 1967 – 1975

6.     P. Aegidius Ngarut, Ofm                                            : 1975 – 1979

7.     P. Vicente Kunrath, Ofm                                            : 1980 – 1984

8.     P. Gabriel Maing, Ofm                                               : 1984 – 1986

9.     P. Lasarus Sogiyono, Ofm                                          : 1986 – 1992

10.  P. Peter C. Aman, Ofm                                               : 1992 – 1996

11.  P. Aegidius Ngarut, Ofm                                            : 1996 – 2001

12.  P. Marcel Onggol, Ofm                                              : 2002 – 2006

13.  P. Ignasius Wagut, Ofm                                              : 2007 – 2013

14.  P. Taucen Hotlan Girsang, Ofm                                 : 2014 – 2016

15.  P. Albertus Magnus Dafidis Watan Lasar, Ofm         : 2016 – Sekarang

 

·       Nama – nama Pastor Rekan yang pernah berkarya di Paroki Kristus Raja Pagal:

1.     P. Agustinus Nggame, Ofm                : 2011 – 2013

2.     P. Wilibrodus Andreas Bisa, Ofm      : 2014 – 2016

3.     P. Desideramus Ansbi Baum, Ofm     : 2016 – 2018

4.     P. Damianus Asep Cahyono, Ofm      : 2019

5.     P. Gregorio W.F. Ranus, Ofm              : 2019

6.     P. Anicetus E. Jebada, Ofm                 : 2020

7.     P. Yanuarius Kanmese                        : 2021